Langsung ke konten utama

Makalah KIMIA "Spektrofotometer Serapan Atom"



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan dari manusia. Betapa tidak setiap manusia lebih dituntut dan diarahkan kearah ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan IPTEK ini. Belakangan ini telah lahir IPTEK-IPTEK yang berpeluang mempermudah dalam keperluan analisis kimia. Salah satu bentuk kemajuan IPTEK ini yang biasa dikenal sekarang diantaranya alat serapan atom yang kemudian sangat mendukung dalam analisis kimia dengan metode Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu. Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistim kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu gelombang tertentu. Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap keluar dari puncak nyala, dan gas-gas nyala itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi itu, lagi pula sistim optis itu tidak memerikasa seluruh nyala melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu diatas titik puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisisi dengan garis spektrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dalam fotometri nyala dapat bervarisasi hasilnya. Dari segi biaya operasi, AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.


B.           Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang Dimaksud Spektrometri Serapan Atom?
2.      Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)?
3.      Bagaimanakah Penggunaan / penerapan Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam proses analis kimia?
4.      Apa saja gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada metode Spektrometri Serapan Atom (SSA)?

C.          Tujuan  Penulisan

1.              Mengetahui tentang Spektrometri Serapan Atom (SSA)
2.              Mengetahui Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
3.      Mengetahui  Instrumen dan Alat yang digunakan
4.      Mengetahui tentang Metode Analisis
5.      Mengetahui Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS
6.       Mengetahui tentang Analisis Kuantitatif 





BAB II
ISI

A.  Pengenalan Spektrometri Serapan Atom (SSA)
                                                                                                        
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer , yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh ditahun 1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan Spektrometri Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectrofotometry (ASS). Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, Unsur-unsur dengan energi eksitasi dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala.
Komponen-komponen lainnya dari sebuah spektrofotometer serapan atom adalah konvensional sifatnya. Monokromatornya dapat tak semahal monokromator spektrofotometer  biasa yang sepadan kualitasnya, karena kurang dituntut. Satu-satunya tuntutan adalah bahwa monokromator itu melewatkan garis resonan yang dipilih, tanpa dibarengi garis-garis lain dalam spektrum sumber cahaya yang timbul dari katode logam atau gas lambannya.
Gambar 1.1 Bagan Spektrometri Serapan Atom (SSA)

gambar 1.2 Spektrometri Serapan Atom (SSA)

B.  Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi adsorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya (Gorund state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektromeri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti prinsip absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah peralatan dan bentuk spektrum absorpsinya.
Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu: 1.Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala) 2.Sumber radiasi 3.Sistem pengukur fotometri
Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontinu. Disamping itu sistim dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromatis mungkin. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow Cathode. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantanya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalis. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanyaakan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang-panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasidengan suatu monokromator.
C.  Instrumen dan Alat
Untuk menganalisis sampel untuk konstituen atomnya, itu harus atomize. Sampel kemudian harus diterangi oleh cahaya. Cahaya ditransmisikan akhirnya diukur oleh suatu detektor. Dalam rangka mengurangi efek dari emisi dari pengabut (misalnya radiasi benda hitam) atau lingkungan, spektrometer adalah biasanya digunakan antara pengabut dan detektor.
Sebuah berkas cahaya melewati nyala api ini pada porosnya terpanjang (sumbu lateral) dan sebuah detektor hits.
Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom dalam tiga langkah:1.Desolvation (Pengeringan) – cairan pelarut yang menguap, dan sampel kering tetap. 2.Penguapan (bilik) - yang vaporises sampel padat ke gas 3.Atomisasi- senyawa yang membentuk sampel yang rusak menjadi bebas atom.
Sumber radiasi ( Hollow Cathode Lamp). Lampu katoda merupakan sumber cahaya paada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diujikan mudah tereksitasi.
Tabung gas. Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000 K dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas gas asetilen ± 30.000 K
Kompresor. Merupakan alat yang terpisah dengan main unit karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu pembakaran atom.
Burner. Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen dan aquabides agar tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Ducting. Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS diolah sedemikian rupa didalam ducting agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Buangan pada AAS. Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen yang diletakan secara terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomian nyala api pada saat pengukuran sampel.
Monokromator. Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi resonansi dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan oleh lampu pijar hollow cathode atau untuk merubahsinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Detector. Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector  panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi infra merah termasuk thermocouple dan bolometer. Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energi listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detektor dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka.
D.    Metode Analisis
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebutadalah:
1.Metode Standar Tunggal
Metode sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrometri. Dari hk. Beer diperoleh:
Astd = €.b.Cstd                                                            Asmp = €.b.Csmp 
€.b = Astd/Cstd                                                            €.b = Asmp/Csmp
Sehingga, Astd/Cstd = Csmp/AsmpCsmp = (Asmp/Astd) X Cstd
Dengan mengukur Absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
2.Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = €.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan progam regresi linear pada kurva kalibrasi.
3.Metode Adisi Standar 
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh  perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah tertentu larutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Salah satu pengggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum partikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah dengan ukuran partikel antara 0,01-100 µm.
Unsur logam berat juga dapat tersuspensi didalam sistem partikulat yang terdapat diudara, misalnya logam Pb. Salah satu pencemaran logam Pb di udara diakibatkan adanya emisi gas buang bahan bakar yang menggunakan Pb sebagai bahan aktif. Timbal dalam keseharian biasa dikenal dengan nama timah hitam.
  Senyawa tetra-enil Pb dan tetra-etil Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam udara tetra-etil Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari.tetra-etil Pb akan terurai membentuk tri-etil  Pb, dietil Pb, dan mono etil Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil Pb tersebut memiliki bauyang sangat spesifik seperti bau bawang putih. Sulit larut dalam minyak, semua senyawa turunan dapat larut dengan baik didalam air. Senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi didalam udara sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian besar akan menumpuk dikulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan.
Cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom
Pertama-tama gas dibuka terlebih dahulu, kemudian kompresor lalu ducting, main unitdan komputer secara berurutan.
Dibuka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ‘ apakah ingin mengganti lampu katoda’ jika ingin mengganti klik YES dan jika tidak NO.
Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan lampu katoda yang dipasang kedalam kotak dialog kemudian di klik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
Pada program SAS 3.0 dipilh menu select element and working mode. Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada simbol unsur yang diinginkan.
Jika telah selesai klik OK, kemudian muncul tanpilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fluel flow: 1,2; meassurement; conentration; number of sampel: 2; unit consentration: ppm; number of standard:3; standard list:1ppm, 3ppm,9ppm.
Diklik OK and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
Diklik icon bergambar burner/pembakar, setelah membakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
Pada menu meassurement pilih meassure sample.
Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk kemudian dipindahkan ke standard 1ppm hingga data keluar.
Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3ppm dan 9ppm.
Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel kedua.
Setelah pengukuran selesai data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionosasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan,lalu main unit AAS, kemudian kompresor setelah itu ducting dan terakhir gas.M+X-
1.      Alat dan Bahan
a. Midget Impinger gas sampler, dengan kapasitas 50 – 100 ml dilengkapi flowmeter.
b. Pompa isap udara (LVS), kapasitas : 5 lpm.
c. Labu volumetric, kapasitas : 50 ml, 75 ml, dan 100 ml.
d. Pipet volumetric manual atau otomatis, kapasitas : 1,2,5,15, dan 25 ml.
e. Filter paper jenis membrane atau selulosa
f. Timbangan analitik
g. AAS spechtrofotometer dengan lampu Pb (Hollow Katode). AAS spechtrofotometer
h. Larutan pengabsorpsi yaitu HNO3 1% sebanyak 50 ml. i. 10 g/ml larutan timbal standar.
2.Prosedur Kerja :
a. Persiapan :
i. Lakukan pengecekan alat-alat pompa isap, kaki penyangga, flowmeter, kabel, tombol pengatur aliran udara dan gelas impinger.
ii. Lakukan kalibrasi pada impinger
iii. Lakukan pengaturan flowmeter dengan cara menghubungkan pompa isap udara dengan impinger. Hidupkan pompa dan atur kecepatan aliran udara sehingga bola menunjukan angka 2 liter/menit.
3.Strategi pengambilan sampel :
a. Pasang impinger pada kaki penyangga
b. Gelas impinger diisi dengan larutan pengabsorpsi Pb, yaitu larutan asam nitrat/HNO3 1% sebanyak 50 ml.
c. Rakitkan impinger dengan flowmeter dan pompa hisap udara, letakan pada titik pengukuran.
d. Hidupkan pompa hisap udara (LNS) dan cek kembali agar bola flowmeter tetap menunjukan angka 2 lpm.
e. Catat waktu, suhu dan tekanan udara saat mulai menghidupkan pompa hisap udara, biarkan pompa beroperasi.
f. Pengambilan sampel dilakukan selama 90 menit, setelah selesai flowmeter dimatikan dan suhu, tekanan udara dicatat kembali.
g. Impinger dilepas dari rakitannya, lalu kedua ujung pipa ditutup dan dilindungi dengan kertas kedap sinar matahari (hitam), agar tidak teroksidasi.
h. Larutan sampel dalam impinger dibawa ke laboratorium untuk dianalisa.
4.Menyiapkan larutan standar dan larutan blanko :
a. Siapkan larutan standar yang mengandung 400 ppb = 0,004 g Pb.
b. Siapkan 3 buah labu volumetri, diberikan identitas standar 1,2 dan 3
c. Masukan kedalam masing-masing labu volumetri larutan standar timbal yang mengandung 10 g Pb per ml dengan pipet volumetri sebanyak 2,4 dan 6 ml. Dengan demikian, masing-masing labu akan mengandung 20, 40 dan 60 g Pb.
 d. Pada masin-masing labu ditambahkan larutan pengabsorpsi sampai volumenya menjadi 25 ml.
e. Siapkan larutan blanko yang telah berisi larutan standar Pb yang mengandung 0 Pb.
f. Siapkan 2 buah labu volumetri untuk larutan sampel dan larutan blanko.
g. Masukan 10 ml larutan sampel dan 10 ml larutan blanko ke dalam masing-masing labu volumetri. Tambahkan larutan pengabsorpsi sehingga volumenya menjadi 25 ml.
h. Intensitas warna yang terjadi karena persenyawaan ion kompleks timbal dengan ditizon ini kemudian diukur spektrofotometer serapan atom.
5.Proses analisis
a. AAS dipersiapkan, buka/atur gas acetylene dan udara, tekan tombol AAS untuk menyalakan api. b. Siapkan standar Pb dan blanko untuk zero. c. Lakukan pembacaan sampel.
6. Perhitungan Kadar Pb di udara dapat dihitung dengan rumus berikut:
C= Cs.Vs – Cb.Vb x Trata-rata x Pstandar V 298 P rata-rata
Dimana: C : kadar Pb dalam udara (μg/m3 atau mg/liter) Cs : konsentrasi Pb dalam sampel (μg) Cb : konsentrasi Pb dalam blanko (μg) Vs : volume sampel (ml) Vb : volume blanko (ml) V : volume udara (liter), dihitung dari kecepatan aliran udara (liter/menit) x waktu (menit) Trata-rata : suhu udara (K) Prata-rata : tekanan udara (mmHg) Pstandar : tekanan udara standar (760 mmHg)
            Hasil absorbansi : Kadar Pb di udara : C Blanko = - 0,1001 mg/L C Sampel = 0,0218 mg/L
Rumus yang di gunakan : (C sampel x V sampel) – (C blanko x V blanko) Trata2 760Kadar Pb = ------------------------------------------------------------- X ---------- X --------- Vol udara 298 Prata2 (0,0218 x 50 ml) – (-0,1001 x 20 ml) 305 760 = ------------------------------------------------- X ------------ X -------- 5 liter/menit X 90 menit 298 760 (1,09) – (-2,002) = ------------------------ X 1,023 X 1 450 = 0,00687 X 1,023 X 1 = 0,00702 mg/m3
Kadar Pb di udara = C = 0,00702 mg/m3
NAB (TWA) Pb = 0,05 mg/m3  
           Pengambilan sampel
Untuk melakukan analisis kandungan Pb yang terdapat di udara, maka metode pengambilan sampel yang digunakan adalah high volume sampler. Setelah partikulat yang tertampung pada fibber glass dihitung dan selanjutnya diekstrak dengan menggunakan asam nitrat pekat.
Ekstraksi sampel
Sampel yang telah dikumpulkan pada filter selanjutnya diekstrak dengan menggunakan ekstraksi gelombang mikro. Asam kuat yang lazim digunakan adalah asam nitrat pekat, dimana Pb akan dioksidasi menjadi Pb2+.
Analisis sampel
Konsentrasi Pb ditentukan dengan menggunakan AAS. Listrik oprasi alat tersebut adalah mengukur perubahan energi analit. Sampel diuapkan dan diubah menjadi bentuk gas. Atom mengalami radiasi karena adanya radiasi dari lampu cekung hallow katoda dari keadaan dasar menjadi keadaan tereksitasi dengan menyerap energi yang lebih tinggi. Untuk dapat membuat kurva kalibrasi dilakukan dengan mengukur serapan dari larutan standar yang dibuat dari bahan-bahan yang termasuk kategori CRM pada berbagai jenis variasi konsentrasi akan diperoleh persamaan regresi linier 
y=ax+b, dimana:Y= absorbansi X= konsentrasi A= slope  B= intersep
Sampel yang telah diekstrak kemudian diukur absorbansinya, dan nilai dari absorbansi tersebut dikonversi ke dalam persamaan regresi linear untuk memmperoleh konsentrasi logam Pb yang ada diudara. Nilai blanko. CB = AB((C1/A1)Dimana, CB = konsntrasi analit dalam larutan blanko C1 = konsntrasi analit dalam larutan blanko AB = absorbansi rata-rata larutan blankoA1 = absorbansi rata-rata larutan kalibrasi C1.
Sensitivitas ( S ) adalah nilai konsentrasi analit yang memberikan nilai absorbansi = 0,0044( ekivalen dengan 1% T )
S = 0,0044 ( C1/A1Untuk pengukuran Pb sensitivitasnya adalah 0,5µg/mL.

E.     Analisis Kuantitatif 
Penyiapan sampel
Penyiapan sampel sebelum pengukuran tergantung dari jenis unsure yang ditetapkan, jenis substrat dari sampel dan cara atomisasi. Pada kebanyakan sampel hal ini biasanya tidak dilakukan, bila atomisasi dilakukan menggunakan batang grafik secara elektrotermal karena pembawa (matriks) dari sampel dihilangkan melalui proses pengarangan (ashing) sebelum atomisasi.
Pada atomisasi dengan nyala, kebanyakan sampel cair dapat disemprotkan langsung kedalam nyala setelah diencerkan dengan pelarut yang cocok. Sampel padat biasanya dilarutkan dalam asam tetapi ada kalanya didahului dengan peleburan alkali. Pada analisis kuantitatif ini kita harus mengetahui beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menganalisa. Selain itu kita harus mengetahui kelebihan dan kekurangan pada AAS.
            Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menganalisa:
Larutan sampel diusahakan seencer mungkin (konsentrasi ppm atau ppb). Kadar unsur yang dianalisis tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai.
Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida.
Pelarut organic yang umum digunakan adalah keton, ester,dan etil asetat. Pelarut yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a)
Langkah analisis kuantitatif:
Pembuatan Larutan Stok dan larutan standar 
Pembuatan kurva baku
Persamaan garis Larus : Y= a + bx dimana: a = intersept b = slope x = konsentrasi
Y = absorbansi


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1. Spektrometri serapan atom didasarkan pada besarnya energi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas.
2. Agar intensitas awal sinar (Po) dan sinar yang diteruskan (P) dapat diukur, maka energi sinar  pengeksitasi harus sesuai dengan energi eksitasi atom penyerap dan energi penyerap ini diperoleh melalui sinar lampu katoda berongga.
3. Lampu katoda berongga ada yang bersifat single element, dan ada yang bersifat multi element.
4. SSA memiliki keakuratan yang tinggi pada analisis kualitatif.
5. Beberapa jenis gangguan dengan cara SSA pada analisis kuantitatif gangguan kimia,gangguan matrik,gangguan ionisasi dan gangguan beck ground
6. Untuk mengatasi gangguan kimia maupun gangguan matrik dapat dilakukan dengan penambahan zat pembebas atau zat pelindung.

B.  Saran
Pada kesempatan kali ini penulis menyarankan kepada semua pihak yang merasa memiliki andil dalam pengembangan pendidikan agar supaya hal-hal pendukung yang berbau teknologi untuk kemudahan pengembangan pendidikan dapat lebih ditingkatkan lagi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional kita. Selain itu hendaknya semua pihak hendaknya lebih ditingkatkan lagi rasa kepedulian terhadap teknologi sains agar kedepan kita dapat mewujudkan masyarakat yang berjiwa teknologi.


DAFTAR PUSTAKA
Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen (edisi kesatu). Semarang: IKIPSemarang Press
Wikipedia.org/spektroskopiserapanatom.html
 staff.ui.ac.id/internal/.../ANFISKIMSSAatauAAS  Dr.Harmita.pdf 
http://www.scribd.com/doc/30113138/ SPEKTROSKOPI - Serapan- Atom





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah pengendalian vektor

MAKALAH “KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ” Diajukan sebagai salah satu Syarat mengikuti Pelajaran Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-B”   POLTEKKES KEMENKES Tanjung Pinang   Di Susun Oleh: KELAS II.B KESLING Apriliasari Ekasaputri Kementrian Kesehatan Republik Indonesia POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2014 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis ucapkan   puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah   maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ” ini dengan semaksimal mungkin.       Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada: 1.       Bapak drh.Iwan Berri Prima 2.       Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaik...

MAKALAH "Nyamuk Anopheles"

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas. Sampai saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Malaria sebagai salah satu penyakit infeksi disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium, yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2001). Penyakit ini tersebar luas di berbagai daerah, dengan derajat infeksi yang bervariasi. Di beberapa daerah yang telah belasan tahun tidak ada kasus malaria, tiba-tiba menjadi endemis kembali. Bahkan di Pulau Bintan, Aceh dan Kabupaten Jayawijaya di Papua sempat dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang memerlukan penanganan serius dari lintas sektor. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan lingkungan yang memudahkan perkembangan nyamuk vektor malaria . Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies...

Makalah makanan kadaluarsa

MAKALAH DAMPAK MAKANAN KADALUARSA Diajukan sebagai salah satu Syarat mengikuti Pelajaran Penyehatan Makanan Minuman - B   POLTEKKES KEMENKES Tanjung Pinang Di Susun Oleh: II B KESLING APRILIASARI EKASAPUTRI NIM.P07233312 220 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2014 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami ucapkan   puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah   maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Makanan Kadaluarsa bagi kesehatan” ini dengan semaksimal mungkin. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada: 1.       Bapak Indra Pradita,S.SiT 2.       Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaikan tugas ini. Kami sadar bahwa tugas ini masih jauh se...