Langsung ke konten utama

Makalah pengendalian vektor





MAKALAH
“KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ”
Diajukan sebagai salah satu Syarat mengikuti Pelajaran Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu-B”
 POLTEKKES KEMENKES Tanjung Pinang
 
Di Susun Oleh:
KELAS II.B KESLING

Apriliasari Ekasaputri

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2014


KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ucapkan  puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah  maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ” ini dengan semaksimal mungkin.     
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak drh.Iwan Berri Prima
2.      Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh sempurna,  baik dari segi isi, bahasa maupun penyajiannya. Tapi penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dan juga untuk menambah nilai penulis dalam mata kuliah ini. Oleh karena itu segala saran, kritik, dan ide-ide yang membangun sangat penulis harapkan agar pembuatan tugas ini dapat lebih baik di masa yang akan datang. Amiin.

Tanjungpinang, Maret 2014


                                                                                        Penulis





BAB I


PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental health is the segment of public health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of people on their environment and the impacts of the environment on them”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain :
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa :
1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secra luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industry, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan menjadi rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untu perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.
Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda. pengendalian terhadap arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan pengendalian dan pemberantasan terhadap vektor penyakit.

B. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu.

C. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu.
2. Sebagai referensi bagi pembaca



BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pengendalian
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jarring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

3. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

B. Pemantauan
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada.
Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.
Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa/wabah.
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat
2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal
3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks rumah, dan/atau indeks Breteau
Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :
1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.
2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara kebersihan lingkungan masing-masing
3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.


BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
2. Pengendalian Fisika-Mekanika
3. Pengendalian Biologis
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

B.Saran
Pengendalian harus dilakukan  secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu.
DAFTAR PUSTAKA

http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf di akses pada tanggal 1 April 2011 8:51 pm
http://files.artikelkesehatan.webnode.com/200000024-11b8012b1b/Commnicable%20Disease.pdf di akses pada tanggal 1 april 2011 8:40 pm
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH "Nyamuk Anopheles"

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas. Sampai saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Malaria sebagai salah satu penyakit infeksi disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium, yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2001). Penyakit ini tersebar luas di berbagai daerah, dengan derajat infeksi yang bervariasi. Di beberapa daerah yang telah belasan tahun tidak ada kasus malaria, tiba-tiba menjadi endemis kembali. Bahkan di Pulau Bintan, Aceh dan Kabupaten Jayawijaya di Papua sempat dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang memerlukan penanganan serius dari lintas sektor. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan lingkungan yang memudahkan perkembangan nyamuk vektor malaria . Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies...

Makalah makanan kadaluarsa

MAKALAH DAMPAK MAKANAN KADALUARSA Diajukan sebagai salah satu Syarat mengikuti Pelajaran Penyehatan Makanan Minuman - B   POLTEKKES KEMENKES Tanjung Pinang Di Susun Oleh: II B KESLING APRILIASARI EKASAPUTRI NIM.P07233312 220 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2014 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami ucapkan   puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah   maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Makanan Kadaluarsa bagi kesehatan” ini dengan semaksimal mungkin. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada: 1.       Bapak Indra Pradita,S.SiT 2.       Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaikan tugas ini. Kami sadar bahwa tugas ini masih jauh se...